Pasar Murah sebagai Langkah Nyata Tekan Inflasi Riau

PEKANBARU – Lonjakan harga cabai merah dalam dua bulan terakhir menjadi salah satu pemicu utama meningkatnya angka inflasi di Provinsi Riau. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, inflasi month-to-month per 1 Oktober 2025 tercatat sebesar 1,11 persen, tertinggi di Indonesia. Sementara secara year-to-year, inflasi Riau mencapai 5,08 persen, tertinggi kedua secara nasional.

Dalam Dialog Pekanbaru Pagi Programa 1 RRI Pekanbaru, Kamis (9/10/2025), Fitri Hariyanti, Ketua Tim Statistik Distribusi BPS Provinsi Riau, menjelaskan bahwa inflasi dihitung berdasarkan 430 komoditas, bukan hanya dari bahan pangan utama.

“Beberapa komoditas yang paling berpengaruh antara lain cabai merah, emas, bawang merah, daging ayam ras, dan ayam hidup. Namun, yang paling tinggi sumbangannya di bulan Oktober ini tetap cabai merah,” ungkapnya.

Menurut Fitri, kenaikan harga cabai merah di Riau dipengaruhi oleh tingginya ketergantungan pasokan dari provinsi tetangga, seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

“Produksi petani kita sedang menurun, ditambah lagi jalur distribusi sempat terganggu akibat longsor di perbatasan Riau–Sumbar. Kondisi ini membuat harga cabai sulit dikendalikan,” ujarnya.

Menanggapi situasi tersebut, pemerintah daerah mengambil langkah cepat dengan menggelar pasar murah dan operasi pangan keliling di sejumlah kecamatan. Dinal Husna, Kepala Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru, mengatakan bahwa langkah ini menjadi bukti kehadiran pemerintah di tengah masyarakat.

“Kami memang tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan warga, tapi pasar murah ini bentuk komitmen bahwa pemerintah hadir membantu meringankan beban masyarakat,” katanya.

Hari ini, pasar murah digelar di tiga titik, yaitu Jalan Inpres, Rumbai, dan Tenayan Raya, dengan komoditas utama cabai merah sebanyak setengah ton.

“Harga cabai merah di pasar umum mencapai Rp90.000 per kilogram, sementara di pasar murah kami jual hanya Rp60.000. Pasokan cabai ini berasal dari tiga daerah, yakni Sumatera Barat, Medan, dan Jawa,” jelas Dinal.

Selain cabai merah, pasar murah juga menyediakan berbagai bahan kebutuhan pokok lainnya seperti bawang merah, minyak goreng, dan beras. Dinas Ketahanan Pangan juga menyiapkan 68 titik pangan keliling untuk memastikan pemerataan distribusi bahan pokok di seluruh wilayah kota. Hingga saat ini, kegiatan pasar murah sudah dilaksanakan 42 kali dari target 75 kali hingga akhir tahun 2025.

Kegiatan ini diharapkan dapat menekan harga di pasar umum melalui mekanisme pasar. Dengan masuknya suplai bahan pangan bersubsidi, pedagang diharapkan ikut menyesuaikan harga agar tetap kompetitif.

“Tujuan utama kami bukan hanya menurunkan harga sesaat, tapi menjaga kestabilan inflasi daerah agar daya beli masyarakat tetap terjaga,” tambah Dinal.

Fitri Hariyanti menilai upaya pasar murah ini sangat membantu menstabilkan harga komoditas pangan penyumbang inflasi.

“Intervensi pasar seperti ini penting untuk menyeimbangkan permintaan dan pasokan. Bila dilakukan konsisten dan terukur, inflasi pangan bisa dikendalikan lebih cepat,” ujarnya.

Melalui sinergi antara pemerintah daerah, BPS, dan instansi terkait, pelaksanaan pasar murah diharapkan menjadi solusi konkret menghadapi gejolak harga pangan, khususnya cabai merah. Selain menjaga kestabilan harga, kegiatan ini juga menjadi bentuk nyata perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat di tengah tekanan inflasi yang tinggi.**

 

sumber: RRI