Tragedi 90 Tahun Sumpah Pemuda

Aksi walk out KNPI Kota Dumai saat upacara sumpah pemuda berlangsung. (Foto Arif)



SOROTLENSA, DUMAI – Pelaksanaan upacara HUT ke 90 Sumpah Pemuda sedikit tercoreng.

Pasalnya sejumlah pemuda yang tergabung dalam organisasi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Dumai yang dilaksanakan  Minggu 28 Oktober 2018 di halaman kantor Wali Kota Dumai, Jalan Tuanku Tambusai, Kelurahan Bagan Besar, Kecamatan Bukit Kapur melakukan aksi walk out.

Persoalannya, disebabkan karena tidak disinggungnya nama KNPI dalam pidato Wali Kota Dumai, Zulkifli As.

Merasa tersinggung, induk organisasi kepemudaan di Tanah Air yang ada di kota industri ini pun kecewa, dengan langkah pasti, mereka yang menggunakan seragam KNPI pun berlalu meninggalkan upacara yang sejatinya demi mengingat para pejuang muda dari kaum cendikiawan ini untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia.

Kata demi kata pun terucap dari seorang Rahmad Wijaya, Wakil Ketua DPD KNPI Kota Dumai Bidang Kemaritiman saat mengutarakan kekecewaannya kepada pemerintah.

Dari penjelasan nya, selain pemerintah dalam hal ini Zul As tak menyebut keberadaan mereka saat memberikan sambutannya, kursi undangan VVIP bagi sang ketua yang dijabat Aguspian pun tak tertera namanya.

Padahal menurutnya sumpah pemuda merupakan gaungnya mereka, tentu saja hal ini disinyalir adanya tindakan sengaja dilakukan pihak eksekutif Dumai.

“Pemerintah lebih mengutamakan kegiatan Raimuna Derah Riau. Dari awal kita sudah terasa adanya pengalihan upacara ini ke pihak lain. Padahal kita sudah berkoordinasi dengan mereka (pemerintah) mulai dari gladi kotor hingga resik,”ulas dia dengan sedikit nada geram pada jumpa pers tersebut di salah satu restoran Dumai.

Menyikapi aksi yang dilakukan oleh organisasi yang terbentuk pada 23 Juli 1973 ini, Pemko Dumai melalui Kasubbag Protokoler l Pemko Dumai, Muhammad Saddam meluruskannya dengan menjawab jika kursi KNPI memang berada di barisan kedua sesuai dengan aturan UU nomor 9 tahun 2010 tentang keprotolan.

“Apalagi kegiatan ini memang bertepatan dengan acara raimuna,”cetusnya singkat.

Aksi yang jarang terjadi dan terkesan sedikit memalukan ini mendapat tanggapan dari Sekretaris KNPI kota Dumai periode 2007 – 2010, Afran Arsan.

“Ini hanya persoalan salah faham dan menyangkut harga diri sebuah organisasi yang merasa dilecehkan,” ujarnya.

Lebih dalam lagi dirinya mengatakan seharusnya pihak Pemko Dumai  bersikap netral dalam pelaksanaan upacara yang bersifat kenegaraan.

“Tidak disebutnya nama KNPI pada upacara tersebut jelas membuat mereka merasa tersinggung, apa lagi selama ini HUT Sumpah Pemuda identik dengan jati diri KNPI,”ucapnya.

“Memang deklarasi pemuda yang terbentuk saat berdirinya KNPI itu untuk menindaklanjuti isi sumpah pemuda, namun kendati demikian tak ada aturan khusus yang menyatakan sumpah pemuda adalah gaungnya KNPI,”paparnya gamblang.

Selanjutnya terkait keberadaan kursi Ketua KNPI dalam undangan, harusnya pihak pemko lebih bersikap arif dan bijaksana.

Meski telah diatur dalam undang-undang protokoler sebuah acara kenegaraan, namun pemko mempunyai alternatif untuk sedikit mengedepankan penghargaan kepada generasi muda, karena acara tersebut merupakan semangat tentang kepemudaan.

“Apalagi ini upacara nasional yang dilaksanakan di daerah jadi jangan terlalu kaku dan kapan lagi pemuda dihargai,” sebutnya.

Mengenai aksi KNPI yang sedikit mencoreng upacara tersebut, itu suatu hal yang lumrah dan tak perlu dibesar-besarkan.

“Biasalah anak muda masih bersikap sedikit emosi, karena merasa tidak dihargai, perlu pemahaman ” tutup mantan Sekretaris KNPI kpta Dumai pada era kepemimpinan Riski Kurniawan.

Penulis : Faisal Arif