Gus Yahya .net |
Jakarta – Kunjungan Katib Aam Syuriah PBNU Yahya C Tsaquf atau biasa disapa Gus Yahya ke Israel bikin media sosial mendidih. Warganet kecewa atas sikap Anggota Wantimpres itu. Kok sampai hati mau menginjakkan kaki di Israel. Di saat negeri Yahudi itu sedang melancarkan berbagai serangan ke Palestina. Tak ayal, gara-gara itu PBNU pun jadi sasaran bully netizen.
Awalnya, tak banyak yang tahu tentang kunjungan Gus Yahya ke Israel ini. Pemerintah maupun PBNU sama sekali tak pernah mengungkit soal kunjungan tersebut. Netizen baru mengetahui kunjungan ini dari seorang wartawan Israel bernama Simon Arann. Melalui akun Twitternya, @ simonarann, ia berkicau tentang acara yang diselenggarakan The Israel Council of Foreign Relation.
Acara yang akan digelar 13 Juni ini menyebut, Gus Yahya akan menjadi pembicara untuk tema “Shifting the Geopolitical Calculus: From Conflict to Cooperation”. Terjemahan bebasnya, memindahkan titik geopolitik dari konflik ke kerjasama. Dalam cuitannya, Simon juga mengunggah foto undangan acara tersebut. Dalam undangan itu, Gus Yahya disebut sebagai ulama senior di Indonesia dan Sekjen PBNU. Simon juga mengulas profil Gus Yahya yang disebut akan menjadi pembicara untuk mendorong dialog antara Islam, Kristen dan Yahudi. Kuliah umum akan diselenggarakan di David Amar Worldwide North Africa Jewish Heritage Center, Jerusalem.
Dengan cepat, kabar tersebut menyebar. Jadi viral. Dan bikin panas linimasa Twitter. Warganet ramai-ramai mengomentari. Banyak yang mengritik ada juga langsung menghujat dan menuduh macam-macam. Sebagian dengan kata yang tak pantas. “Apakah NU mau buka cabang di Israel,” celetuk @diego_kil. Netizen juga kecewa, karena Gus Yahya menjabat sebagai anggota Wantimpres. Sementara, Presiden Jokowi beberapa kali mendukung kemerdekaan Palestina. Mereka khawatir, kedatangan Gus Yahya untuk menjalin kerjasama diplomasi dengan Israel. Tuduhan yang mungkin menyakitkan dari netizen adalah, kedatangan tersebut sebagai bentuk kerja sama antara PBNU dengan Israel.
Warganet juga mempertanyakan jenis visa apa yang digunakan Gus Yahya untuk ke Israel. Pasalnya, Israel mengeluarkan kebijakan melarang masuk bagi warga memegang paspor Indonesia. Gara-gara kebijakan itu, 2.200 WNI yang akan berkunjung dalam beberapa pekan mendatang tak jadi berangkat.
Kehadiran Gus Yahya bikin sedih Palestina. Kedubes Palestina di Indonesia dikabarkan memberikan semacam surat protes kepada Kemenlu atas insiden ini.
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini buru-buru meluruskan kabar ini. Dia bilang, benar undangan tersebut. Namun, kehadiran Gus Yahya ke acara itu bukan sebagai anggota Wantimpres. Juga bukan sebagai delegasi dari PBNU. Kata dia, Gus Yahya hadir di acara itu untuk menjelaskan posisi Palestina. “Untuk memberikan dukungan kepada Palestina,” kata Helmy. Dia juga membantah jika kunjungan itu bersifat kerja sama antara PBNU dan Israel. Undangan itu murni untuk kajian akademik dan kemanusiaan demi mewujudkan perdamaian bagi warga Palestina.
Ketua PBNU Robikin Emhas juga memberikan klarifikasi. Ada lima poin yang disampaikan. Pertama, dia menegaskan bahwa tidak ada kerja sama NU dengan Israel. Dia juga menyebut kehadiran Gus Yahya bukan sebagai perwakilan dari PBNU. “Saya yakin kehadiran Gus Yahya tersebut untuk memberi dukungan dan menegaskan kepada dunia, khususnya Israel bahwa Palestina adalah negara merdeka. Bukan sebaliknya,” kata Robikin, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. “Boleh jadi Gus Yahya Staquf memenuhi undangan dimaksud untuk menawarkan gagasan yang memberi harapan bagi terwujudkan perdamaian di Palestina dan dunia pada umumnya,” ujarnya.
Klarifikasi tersebut tak bikin media sosial adem ayem. Sampai tadi malam, kritikan masih bermunculan. Heboh di medsos itu rupanya bikin Gus Yahya maklum. Bekas Jubir Presiden Gus Dur ini akhirnya membatalkan untuk tampil sebagai narasumber.
Namun demikian, dia akan tetap datang ke Israel dan bertemu dengan para tokoh lintas negara, termasuk akademisi di Universitas Hebrew. Kabar pembatalan acara itu datang berupa klarifikasi tertulis Gus Yahya yang ditujukkan ke Menlu Retno Marsudi.
Gus Yahya menyatakan undangan tersebut datang sudah lama. Sebenarnya dia berharap bisa berbicara di acara itu untuk menyampaikan pesan kepada Israel dengan sejujur-jujurnya, tanpa eufimisme ataupun polesan diplomasi. “Dan ini satu-satunya kesempatan untuk melakukannya tanpa di-frame atau distigma sebagai anti-semitis,” ujarnya.
Meski begitu, ia akan tetap menghadiri agenda lain seperti bertemu tokoh dan kalangan intelektual di Universitas Hebrew. Dia menegaskan siap dengan risiko tersebut. Kalau memang merugikan kepentingan negara atau dianggap tidak bermanfaat, dia siap menanggung akibatnya. Tapi kalau kalau ada benefit, mari di-follow up agar menjadi keuntungan nyata.
(sumber rmol.co)