Tampak Bupati Kepulauan Meranti, H Irwan saat meninjau pakan ikan yang dilakukan para nelayan.(goriau)
SOROTLENSA, SELATPANJANG – Limbah yang dihasilkan oleh kilang sagu dipercaya menjadi penyebab ikan sulit hidup di perairan Kabupaten Meranti, sehingga jumlahnya menjadi terbatas.
Sementara, kilang sagu yang terus menerus membuang limbah ke sungai dan mengalir laut seperti tak bisa dicegah oleh pemerintah.
Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Kepulauan Meranti Ir Anwar Zainal melalui Kabid Perikanan Tangkap Diskan Kabupaten Kepulauan Meranti, Randolph Willi Hutauruk menjelaskan, ikan membutuhkan keasaman air mulai 6 sampai 8 potensial hidreogen (ph). Akibatnya limbah sagu tingkat keasaman jauh di atas normal. “Limbah sagu bersifat asam. Sehingga membuat tingkat keasaman air laut semakin tinggi,” ucapnya.
Secara teoritis limbah sagu sangat jelas berpengaruh terhadap ketersediaan ikan. Karena ikan akan sangat sulit hidup di air dengan tingkat keasaman yang tinggi.
“Memang sangat mengkhawatirkan. Jumlah ketersediaan ikan semakin berkurang. Salah satunya, disebabkan karena limbah sagu,”kata Randolf.
Untuk mengatasi hal itu, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Karena tupoksi untuk mengatasi masalah limbah berada di organisasi perangkat daerah (OPD) lain.
“Makanya kita mulai menganjurkan kepada nelayan tangkap bisa beralih menjadi nelayan budidaya.
Selain itu Kepulauan Meranti sudah dinyatakan over fishing atau penangkapan ikan yang berlebih oleh pihaknya sendiri, sehingga banyak nelayan jaring tangkap tidak mendapatkan hasil maksimal.
“Hal ini bisa kita lihat dari hasil tangkapan nelayan jaring kita. Dalam setahun hanya 1.000 ton lebih sedikit saja,” kata Randolf.
Ilustrasi (net)
Selain dari data hasil tangkapan, dalam berbagai kajian secara akademis juga hasilnya laut Meranti juga over fishing.
“Mulai dari kajian perguruan tinggi dan penelitian mahasiswa, kita sudah over fishing,” tambah Randolf. Menurut dia salah satu solusinya bagaimana mengurangi jumlah nelayan tangkap jaring. Agar hasil tangkapan semakin baik.
“Nanti nelayan tangkap jaring yang kita kurangi dan kita arahkan menjadi nelayan budidaya,” kata dia.***
Sumber : halloriau.com