Ilustrasi/Net |
BENGKALIS – Pemerintah Kabupaten Bengkalis telah melakukan bermacam – macam upaya untuk mengatasi memutuskan mata rantai meluasnya penyebaran pandemi Covid-19, namun hal yang tak di inginkan tetap juga terjadi pada hasil Swab dengan hasil positif.
Salah satunya terjadi pada seorang dokter RSUD Bengkalis yang berinisial AN dengan hasil Swab positif terinveksi Corona Virus Desease (Covid-19) pada 1 mei 2020, keterangan hasil Swab tersebut dikatakan oleh Wadir RSUD Bengkalis Rita Puspita.
“AN tersebut adalah seorang dokter pada RSUD Bengkalis yang terletak di jalan Kelapapati Tengah Kecamatan Bengkalis,” ungkap Puspita.
“Dan semua yang terkontak dengan AN pada saat pembagian takjil bersama Tim PKK telah kita lakukan rapid test, dan hasilnya hanya ada dua orang yang positif, selebihnya negatif, “tambah puspita.
Dokter AN ini adalah salah satu dokter yang merawat Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan pasien positif Covid-19 di RSUD Bengkalis, oleh kerena AN terkontak langsung dengan pasien tersebut maka AN juga harus dilakukan rapid test kepada dirinya agar tidak terjadi penularan.
AN telah melakukan tiga kali Swab, sesuai prosedur kesehatan swab pertama hasilnya invalid dan kedua hasilnya negatif, selanjutnya AN juga melanjutkan dengan melakukan Swab ke 3, namun hasil Swabnya belum diketahui, malah AN telah mengikuti acara pembagian takjil bersama sama dengan Tim PKK.
“Apakah diperbolehkan seorang ODP masih menjalan test Swab mengikuti kegiatan kemanusiaan pembagian takjil dengan melakukan kontak langsung bersama Ibu – Ibu PKK dan masyarakat, apa tidak ada tim dokter yang mengawasi dokter yang masih dalam pengawasan test Swab tersebut,” kata Laskar Anti Korupsi (LAKI) melalui Mulyadi Kabid Investigasi dan Verifikasi Data Kab. Bengkalis kepada awak media.
“Jangan hanya bisa menyampaikan kemasyarakat pesan dan ungkapan yang benar, namun oknum pemerintahnya sendiri yang tak memperdulikan dan mengabaikan betapa bahayanya Corona Virus Disease ini,”tambah Mulyadi.
Walaupun posko posko telah didirikan disetiap pintu masuk perbatasan dalam lingkup Kabupaten Bengkalis, untuk mencegah orang orang dari zona merah masuk ke Wilayah kita agar tidak terjadi penularan, malah dari Dinas kesehatan sendiri yang lengah terhadap pasiennya hingga terjadilah 2 PDP hasil pembagian takjil.
Kami ingin pemerintah Kabupaten Bengkalis melibatkan kami wartawan dalam gugus terdepan pencegahan Covid-19 ini.
“Kami wartawan juga relawan yang siap ditempatkan diposko – posko maupun acara penanganan Covid-19, kami wartawan juga mau melakukan pemberitaan secara cepat dan tepat sesuai kejadian, kami wartawan juga salah satu terdampak Covid-19, kami wartawan juga butuh kesejahtraan, jadi diharap Pemerintah khususnya Kabupaten Bengkalis peduli kepada kami wartawan,”ungkap Mulyadi dengan tegasnya.
“Dr. AN sudah menjalani masa karantina sesuai dengan SOP, telah melewati masa 14 hari, makanya bebas kemana – mana, termasuk melakukan kegiatan bagi – bagi takjil, “ungkap Ersan.
“Terlebih lebih lagi hasil kedua Swabnya negatif, jadi sesuai SOP AN bukanlah termasuk ODP lagi,” terang Ersan.
Ditempat terpisah Aktivis Kabupaten Bengkalis, Edi Hadinata. angkat bicara terkait penyebaran pandemi Covid-19, “Pemerintah telah melakukan penetapan dana penanggulangan Covid-19 yang telah disepakati Bersama antara Pemkab dan DPRD, dengan anggaran lebih kurang sebesar Rp.182.7 milyar”. Tuturnya
“Akan tetapi warga masyarakat Bengkalis masih bertanya – tanya dengan dana sebesar itu dipergunakan untuk apa,”ungkap Edi.
Warga masyarakat Bengkalis saat ini sudah sangat cemas dikarenakan akibat salah seorang Dr RSUD Bengkalis yang terinfeksi wabah Covid-19.
Menurut Edi sangatlah beralasan warga bertanya anggaran sebesar itu, Alat Pelindung Diri (APD) saja di RSUD Bengkalis tidak memadai, buktinya salah seorang dokter RSUD sudah terinfeksi Covid-19, bahkan honor tenaga medis belum dibayarkan sampai saat ini,” ujar Edi mengakhiri.( Arianto.)