Saluran limbah pabrik milik PT Ivo Mas Tunggal yang dibuang ke laut |
DUMAI – Nelayan di Kecamatan Sungai Sembilan mengeluhkan pencemaran laut akibat hasil pembuangan limbah dari saluran pabrik perusahaan yang bercokol di wilayah tersebut.
Akibatnya para nelayan menjadi kesulitan untuk mendapatkan biota laut seperti ikan yang dijadikan mata pencaharian mereka sehari-hari.
Selain ikan mati bahkan tanaman mangrove sebagai tumbuhan yang memiliki akar yang kuat untuk menjaga bibir pantai juga tak dapat tumbuh apalagi berkembang.
Terusan limbah yang langsung bersentuhan dengan air laut |
Sebagaimana yang dikatakan Rudi salah seorang nelayan setempat kepada sorotlensa.com, Senin (20/1/2020) sore. Ia menerangkan jika saat ini mereka dilanda paceklik panjang akibat faktor alam terutama lingkungan.
Menurut dia perusahaan yang tampak jelas mengakibatkan limbah tersebut bersumber dari PT Ivo Mas Tunggal.
Dimana hasil limbah tersebut diduga tanpa melakukan proses sehingga seluruh limbah langsung terbuang ke arah laut membuat air laut pun menjadi terkontaminasi.
Hasil limbah yang menebal dan menumpuk mengakibatkan tanaman mangrove pun tidak tumbuh dan berkembang |
“Akibat keberadaan pabrik-pabrik industri tersebut selain menjadikan ikan banyak yang mati juga menjauhkan ikan dari laut tersebut. Tentu saja kami yang kesulitan karena masalah ini,”ucapnya kesal.
Ia juga meminta kepada perusahaan tersebut untuk melakukan perbaikan kepada laut yang sudah mereka cemari.
“Jangan lagi membuat laut ini menjadi tak higienis,”pintanya berharap.
Bahkan tampak seekor ikan juga mati akibat limbah tersebut |
Senada disampaikan Karyadi. Apalagi dirinya mengaku prihatin akan kondisi ini. Sebab menjadikan nelayan sering tidak melaut.
“Dampaknya para nelayan pun banyak banting setir dengan beralih pekerjaan serabutan untuk menutupi kehidupan mereka,”terang dia menimpali.
Ia juga bercerita sudah lebih dari setengah tahun melaut ini penghasilannya sebagai nelayan terus berkurang, sebab sudah tak ada ikan lagi.
“Palingan kalau melaut saat ini yang didapat hanya Rp40 ribu, paling hebat juga Rp80 ribu saja,”tuturnya.
Alhasil merekapun minta solusi dari Pemko Dumai agar nasib mereka lebih diperhatikan.
Terutama kepada perusahaan-perusahaan yang ada di sepanjang pantai Dumai untuk
memperhatikan saluran pembuangannya.
“Jangan dibuang ke laut, karena dapat membuat laut tercemar dan tumbuhan tempat ikan hidup rusak dan mati,”katanya dengan nada berharap.
Tumbuhan mangrove pun kian mengering dan tidak rimbun daunnya |
Sedangkan Pemko Dumai yang dimaksud adalah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Dumai agar bisa mengawasi hasil limbah pabrik tersebut.
Sehingga pencemaran bisa dicegah dengan cara menerjunkan tim independen, demi memastikan limbah yang dibuang dipastikan sudah diproses lebih dahulu.
“Sehingga ketika dibuang sudah dalam kondisi yang lebih baik, tentunya tidak merugikan nelayan saat menangkap ikan,”ucapnya lugas.
Namun di kesempatan berbeda, GM PT Ivo Mas Tunggal, Paulus Tumanggor saat dikonfirmasi oleh media membantah keterangan dari para nelayan tersebut.
Ia berdalih jika pabriknya memiliki empat saluran pembuangan limbah ke laut.
“Bahkan hasil pembuangan itu sudah melewati proses pengolahan sehingga air yang dibuang ke laut itu dijamin tidak lagi mengandung limbah dan aman dari pencemaran,”paparnya singkat melalui sambungan telepon selulernya.(tim)